Anak IT tidak harus jadi Karyawan, Miliki Daya Tawar ini untuk Memiliki Jiwa Technopreneurship

Dari sudut pandang seorang programmer pemula, yang dia tahu hanya mempelajari teknis bagaimana dapat membangun aplikasi, dengan tools apa, bahasa pemrograman apa yang sesuai dan lain sebagainya. Hal tersebut terlalu teknis dalam kaitannya untuk diterapkan dalam proyek’an yang sesungguhnya, lagipula klien tidak akan protes dengan teknologi apa yang kita gunakan yang penting dapat menyelesaikan masalah klien tersebut.

Hal ini masih dilakukan sebagian orang yang masih penasaran dengan teknologi teranyar dari pembangunan aplikasi, bahkan tidak sedikit diantara kita yang masih memperdebatkan tools atau framework apa yang terbaik dalam mengerjakan proyek’an. Mau menggunakan framework apapun selama itu anda kuasai dan saat berkerja team semua bisa mengikuti, menurut saya hal tersebut tidak perlu diperdebatkan. Sudah jelas framework terbaik yaitu framework anda dan team kuasai.

Kecuali memang tujuan anda adalah bekerja menjadi karyawan itu boleh-boleh saja, kalau anda tertarik menjadi wirausaha di bidang IT tentu saja basic-nya anda harus mencari proyek’an sendiri. Tidak hanya jago pemrograman tetapi juga wajib jago cari proyek’an. Tidak semua kampus di Indonesia mengajarkan tecnopreneurship sehingga banyak lulusan universitas masih takut melangkah di kakinya sendiri, bahkan tidak sedikit yang masih mempunyai pemikiran gimana nanti kalau tidak dapat proyek’an.

Alhasil lulusan IT Indonesia banyak yang melamar pekerjaan dengan alih-alih mendapatkan hasil bulanan yang menjanjikan, padahal kalau dipikirkan lebih dalam kenapa perusahaan bisa survive. Apakah iya bekerja di perusahaan itu zona mapan?, faktanya banyak perusahaan sekelas yang sudah besar pun ada yang mengalami kebangkrutan. Bukankah lebih sakit mengetahui hal yang dikira sudah menjanjikan dalam kemapanan tahu-tahu tidak sesuai dengan harapan?

Tidak harus jadi karyawan untuk bisa survive dan menentukan pilihan hidup, banyak pilihan yang patut untuk dicoba. Karena pada dasarnya setiap orang mempunyai daya tawar yang unik dan itu bisa dijadikan modal untuk menentukan pilihan hidup. Untuk menjawab solusinya lebih dalam lagi dengan memperhatikan daya tawar yang Anda miliki. Dalam buku “The 37 Most Powerful Tactics On Negotiation” yang ditulis oleh Edysen Shin, dipaparkan 7 daya tawar yang wajib anda miliki agar mampu memiliki jiwa technoprenership :

  1. Merancang dan membangun produk IT yang siap untuk dijual.
  2. Tentukan dan sesuaikan pasar yang tepat untuk aplikasi Anda.
  3. Dapat dihubungi kapan saja, hotline service 24 jam.
  4. Kerjasama jangka panjang, misal website perpanjangan tahunan atau aplikasi biaya maintenance bulanan sudah termasuk biaya maintenance.
  5. Track Record dan Portfolio (Projek yang berhasil sebelumnya ).
  6. Mampu memenuhi deadline yang diberikan.
  7. Mengerti dan menguasai flow bisnis client.

Seperti yang sudah dibahas tadi, bahwa tidak semua kampus mengajarkan cara mendapat proyek’an atau menjadi technopreneurship. Namun pada Program Studi Software Engineering IT Telkom Purworketo, selain diajarkan menjadi profesional yang menguasai bidang rekayasa perangkat lunak, mahasiswa juga diajarkan untuk memiliki jiwa technopreneurship. Sehingga setelah lulus tidak ragu untuk berwirausaha sendiri seperti membuat startup atau perusahaan berbasis IT lainya. Jadi tunggu apalagi, segera daftarkan diri anda di Program Studi Software Engineering IT Telkom Purworketo. Pendaftaran ditutup tanggal 11 September 2017. Grab it fast, sebelum pendaftaran ditutup.

Untuk pendaftaran silahkan menghubungi Customer Service Center ST3 Telkom di Jl. DI. Panjaitan No. 128 Purwokerto (0281) 641629.
Website: www.st3telkom.ac.id
Atau di: http://pmb.st3telkom.ac.id
Fan Page: IT TELKOM Purwokerto
Instagram: pmbst3telkom
Line: st3telkom
WA: 081228319222 (Prima) atau 085101624154 (Ira)

Leave a comment