Pandemi Selesai, Work From Home Usai?

Leo (kanan) yang berusia enam tahun dan saudara lelakinya yang berusia tiga tahun, Espen, menyelesaikan kegiatan homeschooling dari situs web pembelajaran online sekolah mereka. Ibunya, Moira, seorang pegawai dewan regional, tengah bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19 di wilayah Marsden, dekat Huddersfield, Inggris utara, 15 Mei 2020.

Selama pandemi, masyarakat pekerja menjadi pengamat sekaligus pelaku dari eksperimen sistem kerja jarak jauh (remote working). Di tengah pengendalian Covid-19 yang semakin baik, preferensi bekerja dari rumah perlu dipertimbangkan berlandaskan pada produktivitas yang menguntungkan pekerja sekaligus pemberi kerja.

Survei dari perusahaan pengembangan karier Jobstreet, Boston Consulting Group, dan The Network menunjukkan, 68 persen responden menginginkan pola kerja kombinasi work from home (WFH) dan work from office (WFO).

Sementara itu, 23 persen lainnya menginginkan sepenuhnya kerja jarak jauh alias tidak perlu mengantor. Sisanya, hanya sekitar 9 persen, yang menginginkan sepenuhnya kerja di kantor seperti halnya sebelum pandemi.

Survei ini dilakukan pada 33.084 responden pekerja dari berbagai industri dan keahlian di Indonesia. Survei ini turut merekam model kerja responden sebelum masa pandemi. Hasilnya, 68 persen responden bekerja sepenuhnya di kantor, 28 persen bekerja kombinasi, dan 4 persen bekerja sepenuhnya secara remote.

https://i0.wp.com/dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/PIrsXHv5ousq6WTPoZoguw2ontE=/1024x1463/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F20211118-ARJ-wfo-1-mumed_1637253489.png?w=1110&ssl=1

Enam bidang pekerjaan yang menerapkan model kerja jarak jauh paling intens adalah bidang kerja digitalisasi dan otomasi, konsultan, pemasaran dan komunikasi, media dan informasi, seni dan pekerjaan kreatif, serta pelayanan sosial.

Artinya, keinginan untuk WFH tidak hanya berasal dari responden yang pernah bekerja secara remote. Pekerja kantoran yang dialihkan untuk WFH pun turut merasakan berkah terselubung (blessing in disguise) dan berharap pola kerja ini akan berlanjut.

Di Amerika Serikat, jumlah pekerja yang bekerja di rumah tetap stabil di tengah kasus Covid-19 yang turun. Survei panel yang dilakukan Gallup memotret sebanyak 69 persen responden bekerja dari rumah pada Mei 2020. Jumlah tersebut menurun hingga Maret 2021 menjadi 48 persen.

Sembilan dari sepuluh responden Indonesia menginginkan pola remote working atau work from home setelah pandemi Covid-19 usai.

Namun, di tengah penurunan kasus Covid-19 yang drastis, jumlah orang yang WFH tetaplah stabil. Hingga September 2021, masih tercatat 45 persen yang terdiri dari 25 persen sepenuhnya WFH dan 20 persen dengan pola kombinasi.

Sistem WFH pekerja kerah putih lebih tinggi dibandingkan pekerja secara umum. Pada awal pengukuran di Maret 2020, jumlah pekerja kerah putih yang WFH adalah 83 persen. Di September 2021, jumlahnya masih di atas separuh, yakni 67 persen. Angka ini juga tidak banyak berubah dari status di Maret 2021.

Dalam survei yang terpisah, Gallup juga memotret 9 dari 10 pekerja dengan pola kerja WFH dan kombinasi berharap sistem kerja ini tetap ada setelah pandemi berakhir. Alasan yang banyak diungkapkan terkait penghematan waktu untuk berangkat ke kantor dan tercapainya keseimbangan kehidupan (wellbeing) saat WFH.

https://i0.wp.com/dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/mt-YD_rS17d-wTvP08QxPQSIhD8=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F20211008TOK11_1633694773.jpg?w=1110&ssl=1
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Pramuniaga menunggu pembeli di salah satu gerai pusat perbelanjaan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (8/10/2021). Menurut informasi dari pramuniaga tersebut, penjualan laptop di gerainya meningkat hingga 75 persen karena ada kebutuhan laptop untuk bekerja dan belajar dari rumah. Banyak pembeli meminati laptop dengan harga Rp 8 juta hingga Rp 10 juta.

Jajak pendapat di bulan Mei oleh Morning Consult untuk Bloomberg News pada seribu orang dewasa di Amerika Serikat menunjukkan 39 persen akan mempertimbangkan berhenti bekerja jika perusahaan tidak fleksibel pada pilihan model kerja jarak jauh.

Penelusuran Kompas pada kanal Linkedin.com juga menemukan pilihan remote working yang semakin banyak muncul pada tawaran pekerjaan. Akun-akun pencari kerja pun sudah mulai memilih preferensi kerja remote.

Produktivitas

Tanda disadari, pekerja kantoran tengah menjalani eksperimen partisipatoris di masa pandemi. Mereka menjadi pengamat sekaligus pelaku model kerja jarak jauh yang umum diterapkan saat pandemi Covid-19.

Berbagai survei menemukan banyak warna dan dinamika bekerja di rumah, baik yang suka, setengah suka, maupun tidak suka sama sekali.

Tiga dari sepuluh karyawan mengatakan sangat mungkin untuk mencari pekerjaan lain jika perusahaan mereka menghilangkan pilihan WFH.

Di tengah perbedaan preferensi sistem kerja, baik yang diinginkan pekerja maupun pemberi kerja, adanya peluang peningkatan produktivitas kerja saat WFH tidak bisa diabaikan.

Studi tentang bekerja dari rumah oleh Nicholas Bloom dan kawan-kawan (2015) berjudul ”Does Working from Home Work? Evidence from a Chinese Experiment” yang diterbitkan The Quarterly Journal of Economics menunjukkan ada peningkatan kinerja sebesar 13 persen dari karyawan yang bekerja dari rumah.

Pekerja dari rumah juga memiliki skor sikap psikologis yang lebih tinggi. Hasil tersebut berdasarkan survei pada 16 ribu karyawan di perusahaan China yang terdaftar di Nasdaq.

https://i0.wp.com/dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/yufN3qdKaXPoNCXjwH_jiK_UVF8=/1024x1060/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F20211118-ARJ-wfo-2-mumed_1637253487.png?w=1110&ssl=1

Dalam artikel ”The Parents Who Don’t Want To Go Back To The Office” yang diterbitkan BBC pada 12 Oktober 2021 turut merangkum opini sejumlah orang tua pekerja di berbagai belahan dunia tentang manfaat bekerja dari rumah.

Tidak hanya mampu menjaga produktivitas, bekerja dari jarak jauh juga terbukti memangkas kerja-kerja yang bisa diselesaikan lebih efektif dan efisien dengan bantuan teknologi.

Ada peningkatan kinerja sebesar 13 persen dari karyawan yang bekerja dari rumah.

Profesor dari London Business School, Dan Cable, menyebut keengganan orang kembali bekerja di kantor karena mereka telah membuktikan seberapa baik mereka saat bekerja dari jarak jauh.

Tidak ada jam yang terbuang untuk berangkat ke kantor dan mereka telah mampu menyeimbangkan dan mengorganisasi kepentingan keluarga, pekerjaan, dan kebugaran. Upaya ini terancam sia-sia jika perusahaan kembali menerapkan sepenuhnya bekerja di kantor.

Kebijakan perusahaan 

Di Indonesia, kondisi pengendalian Covid-19 di Indonesia membaik. Sejak 30 September 2021, jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 berada di bawah 3.000 kasus per hari. Per 9 November, jumlah kasus positif makin melandai dengan kisaran 400-700 kasus per hari.

Cakupan vaksinasi pun terus meningkat. Per 18 November, Kementerian Kesehatan melaporkan laju vaksinasi dosis lengkap telah mencapai 40,42 persen.

Kelonggaran pun mulai dirasakan dengan penurunan level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sejumlah kota dan kabupaten.

https://i0.wp.com/dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/SLMMuWdRrsiTkLgxH3hZJVXoxXs=/1024x634/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2FWaspada-Penambahan-Kluster-Perkantoran_90729484_1595961377.jpg?w=1110&ssl=1
KOMPAS/RADITYA HELABUMI Sejumlah pegawai perkantoran di Jalan Sudirman, Jakarta, keluar kantor saat jam istirahat makan siang, Selasa (28/7/2020).

Seturut dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2021 tentang pemberlakuan PPKM di Jawa dan Bali periode 16-29 November 2021, sebanyak 26 kabupaten/kota berada pada status level satu, 61 kabupaten/kota berstatus level dua, dan 31 kabupaten/kota berstatus level tiga.

Membaiknya pengendalian Covid-19 ini turut membuka kelonggaran di ranah sistem kerja. Misalnya saja, pelaksanaan kegiatan pada sektor nonesensial pada wilayah level satu sudah memperbolehkan work from office (WHO) dengan kapasitas 75 persen.

https://i0.wp.com/dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/1lzkNo_koPnM_NZ-Zf6Cex2UNF0=/1024x2799/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F20211113-H04-Barometer-WFH-mumed_1636808314.jpg?w=1110&ssl=1

Situasi saat ini membuat normal lama dapat kembali diterapkan, salah satunya bekerja di kantor. Namun, perjalanan panjang di masa pandemi dengan pola remote working yang telah menubuh belasan bulan tidak dapat diabaikan begitu saja.

Beragam jenis pekerjaan dan keahlian lintas industri perlu memperhatikan preferensi pola kerja yang dibutuhkan pekerja. Jadi, siapa takut bekerja dari rumah?  (LITBANG KOMPAS)

Leave a comment